Kepada saudariku,
Rita Yuliasari
Perum Dian Anyar Blok SD No. 21
RT. 17 RW. 12 Kel. Ciseureuh Kab. Purwakarta
"Ah, ini mungkin salah alamat atau kerjaan orang iseng aja" batinku.
Tapi tujuan surat tersebut sangatlah jelas. Perum Dian Anyar Blok..berikut nomer rumahnya.
Kuberanikan untuk membukanya. Lipatan kertasnya cukup rapi. Tepian halaman berwarna merah muda dengan motif batik. indah dan romantis. Kuakhiri mengamati aksesoris. Karena rasa penasaran yang sangat kuarahkan pandangan mataku ke bagian pojok kiri bawah.mungkin ada nama pengirimnya. Tetapi apa yang kudapat "no name". Tak ada identitas atau hanya sekedar Inisial nama. Benar-benar misterius. Rasa penasaranku bertambah sangat.
Ah, lebih baik kubaca saja surat ini. mungkin akan ada petunjuk siapa penulisnya. Betapa kaget hatiku saat itu ketika membaca satu penggalan kalimat "aku ingin menjadi istri kedua suamimu". Hatiku terasa teriris berkeping-keping dan remuk redam.
"Lancang sekali wanita ini. Berani-beraninya mau merebut suami orang" desir darahku sudah di puncak ubun-ubun.
Pandangan mataku kupaksakan untuk mengikuti setiap kata yang tertulis jelas di selembar kertas itu.
Assalamu'alaikum wr. wb.
Ibu Rita yang saya muliakan,
Sudah lama aku mengenal suamimu. Kami berteman sejak kecil. Bermain, bercerita, bercanda tawa, menangis, hanya berdua. Ya, hanya berdua. Suamimu adalah teman baikku.
Waktu semakin bergulir. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Kami pun tumbuh dewasa. Namun kini, rasa persahabatan tak pernah aku rasakan lagi. Dia telah berada jauh dariku kini. Rasa rindu akan dirinya semakin bertambah kuat.
Rasa persahabatan itu kini memang telah punah. Tapi rasa itu kini berganti dengan rasa cinta yang teramat sangat. Impiku, suatu saat kelak aku ingin menjadi istrinya, menemani dia sepanjang hidupnya.
Singkat kata, melalui tulisan yang singkat ini aku hanya berharap agar Ibu mengizinkan aku untuk menjadi istri kedua suami Ibu. Maafkan aku bila telah menyakiti hati ibu. Terus terang bu, aku tidak sanggup hidup tanpa suami Ibu. aku mencintainya. sangat mencintainya. sekali lagi maaf.
Yang merindukan suamimu,
Derai air mataku kini tak tertahankan lagi. Kutumpahkan seluruh air mata kesedihanku. entah sudah berapa bungkus tissue yang kupakai. semua basah oleh air mata kecewaku.
"ah kenapa juga kutangisi surat ini! tidak ada gunanya. mungkin saja ini memang kerjaan orang iseng."
kuhapus air mataku. kusingkirkan semua sakit hatiku. masa bodo!
Aku yakin pada cinta suamiku. Ia adalah milikku kini. Tidak ada yang perlu ditakutkan bila suatu saat orang lain akan merebutnya. Ia sangat mencintaiku seperti yang ia ucapkan dulu.
Seminggu telah berlalu. Sengaja tidak kuceritakan perihal surat itu pada suamiku karena itu hanyalah sampah yang memang harus dibuang dan tidak perlu disemayamkan di dalam hati.
....
"Hah, Ya Allah, ternyata sudah larut" mataku terbelalak melihat jarum jam menunjuk angka 22.15.
Kulihat disebelah kananku, suamiku tengah tertidur lelap, asyik menikmati perjalanan mimpinya. Entah apa yang sedang Ia impikan. Pastinya perjalanan yang menyenangkan. Bibir merahnya seperti tengah tersenyum. Matanya yang tertutup rapat terlihat begitu menawan.
'suamiku engkau adalah segalanya bagiku. cahaya hidupku. pelipur laraku"
"suamiku, aku sangat mencintaimu melebihi jiwa dan ragaku. Tak akan kubiarkan perempuan lain mengambilmu dariku. jiwa ini akan kupertaruhkan untuk memilikimu" kubisikkan dengan lembut bisikan hati kecilku di telinga kirinya. kupandang wajahnya. kubelai rambutnya. hidung dan bibirnya pun tak luput dari sentuhan lembutku.
-----
15 menit lamanya aku memandanginya. terasa seperti kedipan mata saja. begitu singkat dan tidak terasa. aku tidak pernah bosan memandanginya. Kukembalikan posisi tidurku terlentang sambil memeluk guling. kupandangi cahaya lampu beberapa saat.
"Lampu ini sungguh redup. seredup hatiku saat ini. Ucapan perempuan itu benar-benar merusak suasana hatiku. Kurubah posisi tidurku dengan membelakangi suamiku".
"Perempuan sialan itu memang nekat. Apa ia bisa berbuat lebih gila dari hanya sekedar mengirim surat sialan itu. Bagaimana kalau suatu saat Ia mendatangiku" gumamku dalam hati.
kurebahkan kembali badanku menghadap lampu. "ah, tidak mungkin dia berani berbuat seperti itu" pikirku.
"sayang, kenapa kok belum tidur? ' tanya suamiku dengan tiba-tiba. Akupun kaget dibuatnya.
Tangan kekarnya memeluk perutku. matanya sibuk menatap kedua mataku yang katanya berkaca-kaca.
"eh, enggak pa, mmm...mama hanya tidak bisa tidur" jawabku agak panik.
"maaf pa, kalo papa terbangun karenaku "
"Sedari tadi, papa rasakan kok mama seperti tidak nyaman tidurnya, geraaak terus" mama ada masalah? Apa yang mama sedang pikirkan?"
to be continued ...