Jumat, 16 April 2010

Bila Suami Terdiam

Sepucuk surat itu kuterima dari seorang wanita yang mengaku mengenal suamiku. tidak ada nama dan juga alamat pengirim. Blank. Hanya nama dan alamat yang dituju. Ditulis memakai spidol warna hitam. cukup tebal dan amat jelas.

Kepada saudariku,
Rita Yuliasari
Perum Dian Anyar Blok SD No. 21
RT. 17 RW. 12 Kel. Ciseureuh Kab. Purwakarta

"Ah, ini mungkin salah alamat atau kerjaan orang iseng aja" batinku.
Tapi tujuan surat tersebut sangatlah jelas. Perum Dian Anyar Blok..berikut nomer rumahnya.

Kuberanikan untuk membukanya. Lipatan kertasnya cukup rapi. Tepian halaman berwarna merah muda dengan motif batik. indah dan romantis. Kuakhiri mengamati aksesoris. Karena rasa penasaran yang sangat kuarahkan pandangan mataku ke bagian pojok kiri bawah.mungkin ada nama pengirimnya. Tetapi apa yang kudapat "no name". Tak ada identitas atau hanya sekedar Inisial nama. Benar-benar misterius. Rasa penasaranku bertambah sangat.

Ah, lebih baik kubaca saja surat ini. mungkin akan ada petunjuk siapa penulisnya. Betapa kaget hatiku saat itu ketika membaca satu penggalan kalimat "aku ingin menjadi istri kedua suamimu". Hatiku terasa teriris berkeping-keping dan remuk redam.
"Lancang sekali wanita ini. Berani-beraninya mau merebut suami orang" desir darahku sudah di puncak ubun-ubun.

Pandangan mataku kupaksakan untuk mengikuti setiap kata yang tertulis jelas di selembar kertas itu.


Assalamu'alaikum wr. wb.


Ibu Rita yang saya muliakan,

Izinkan aku mengungkapkan isi hatiku.
Sudah lama aku mengenal suamimu. Kami berteman sejak kecil. Bermain, bercerita, bercanda tawa, menangis, hanya berdua. Ya, hanya berdua. Suamimu adalah teman baikku.
Waktu semakin bergulir. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Kami pun tumbuh dewasa. Namun kini, rasa persahabatan tak pernah aku rasakan lagi. Dia telah berada jauh dariku kini. Rasa rindu akan dirinya semakin bertambah kuat.
Rasa persahabatan itu kini memang telah punah. Tapi rasa itu kini berganti dengan rasa cinta yang teramat sangat. Impiku, suatu saat kelak aku ingin menjadi istrinya, menemani dia sepanjang hidupnya.

Singkat kata, melalui tulisan yang singkat ini aku hanya berharap agar Ibu mengizinkan aku untuk menjadi istri kedua suami Ibu. Maafkan aku bila telah menyakiti hati ibu. Terus terang bu, aku tidak sanggup hidup tanpa suami Ibu. aku mencintainya. sangat mencintainya. sekali lagi maaf.

Yang merindukan suamimu,

Derai air mataku kini tak tertahankan lagi. Kutumpahkan seluruh air mata kesedihanku. entah sudah berapa bungkus tissue yang kupakai. semua basah oleh air mata kecewaku.

"ah kenapa juga kutangisi surat ini! tidak ada gunanya. mungkin saja ini memang kerjaan orang iseng."

kuhapus air mataku. kusingkirkan semua sakit hatiku. masa bodo!

Aku yakin pada cinta suamiku. Ia adalah milikku kini. Tidak ada yang perlu ditakutkan bila suatu saat orang lain akan merebutnya. Ia sangat mencintaiku seperti yang ia ucapkan dulu.

Seminggu telah berlalu. Sengaja tidak kuceritakan perihal surat itu pada suamiku karena itu hanyalah sampah yang memang harus dibuang dan tidak perlu disemayamkan di dalam hati.

....

"Hah, Ya Allah, ternyata sudah larut" mataku terbelalak melihat jarum jam menunjuk angka 22.15.

Kulihat disebelah kananku, suamiku tengah tertidur lelap, asyik menikmati perjalanan mimpinya. Entah apa yang sedang Ia impikan. Pastinya perjalanan yang menyenangkan. Bibir merahnya seperti tengah tersenyum. Matanya yang tertutup rapat terlihat begitu menawan.

'suamiku engkau adalah segalanya bagiku. cahaya hidupku. pelipur laraku"

"suamiku, aku sangat mencintaimu melebihi jiwa dan ragaku. Tak akan kubiarkan perempuan lain mengambilmu dariku. jiwa ini akan kupertaruhkan untuk memilikimu" kubisikkan dengan lembut bisikan hati kecilku di telinga kirinya. kupandang wajahnya. kubelai rambutnya. hidung dan bibirnya pun tak luput dari sentuhan lembutku.

-----

15 menit lamanya aku memandanginya. terasa seperti kedipan mata saja. begitu singkat dan tidak terasa. aku tidak pernah bosan memandanginya. Kukembalikan posisi tidurku terlentang sambil memeluk guling. kupandangi cahaya lampu beberapa saat.

"Lampu ini sungguh redup. seredup hatiku saat ini. Ucapan perempuan itu benar-benar merusak suasana hatiku. Kurubah posisi tidurku dengan membelakangi suamiku".

"Perempuan sialan itu memang nekat. Apa ia bisa berbuat lebih gila dari hanya sekedar mengirim surat sialan itu. Bagaimana kalau suatu saat Ia mendatangiku" gumamku dalam hati.

kurebahkan kembali badanku menghadap lampu. "ah, tidak mungkin dia berani berbuat seperti itu" pikirku.

"sayang, kenapa kok belum tidur? ' tanya suamiku dengan tiba-tiba. Akupun kaget dibuatnya.

Tangan kekarnya memeluk perutku. matanya sibuk menatap kedua mataku yang katanya berkaca-kaca.

"eh, enggak pa, mmm...mama hanya tidak bisa tidur" jawabku agak panik.

"maaf pa, kalo papa terbangun karenaku "

"Sedari tadi, papa rasakan kok mama seperti tidak nyaman tidurnya, geraaak terus" mama ada masalah? Apa yang mama sedang pikirkan?"

to be continued ...

Selasa, 13 April 2010

Pelan tapi pasti

"satu, dua, tiga, ...sepuluh" anakku sedang mengeja angka latin yang diajarkan bundanya. Alhamdulilah, senangnya melihat anak sudah mampu menghafal angka.

maghribpun tiba. suara khas Adzan Pak Marzuki menyapa telingaku. Tiba saatnya mempersiapkan diri untuk menyapa sang Khaliq di Masjid tercinta, Nurul Huda.

"De, di rumah sama bunda ya?, ayah mau ke masjid dulu. nanti kita maen lagi. Ade sholat sama bunda ya?" tanyaku. Akupun pamit dan pergi.

30 menit kemudian aku pun tiba di rumah.
"assalamu'alaikum" sapaku.

"ayah..!" sapa anakku dengan senyumnya yang khas.

"ok De, sekarang waktunya ngaji ya?" ajakku.
"ini bukunya" kusodorkan buku panduan huruf hijaiyyah padanya dan diapun langsung menyambutnya.

"baca dulu Ta'awudz" ajakku. Kubimbing bacaanya hingga basmalah selesai.

"baik, ini bunyi apa De?" tanyaku.

"A" iapun menjawab dengan lugasnya.

"Bagus, kalau ini apa" tanyaku lagi.

"A" jawabnya.

"bukan, ini adalah Ba. Ba..Ba..Baba" aku mengkoreksi jawabannya.

"baba" ia menirukan. "baba"

to be continued..

Jumat, 09 April 2010

pangandaran beach

asyiknya bermain pasir di pantai..
ketika aku baru berumur 9 bulan, sku diajak ayah dan bunda ke sebuah pantai.
"wah trnyata pantai itu indah sekali".
kali ini aku bertemu air dalam jumlah buesarr dan luas.
pasir putihnya begitu banyak.
ombak yang menderu menyapa kakiku.
wuih asyik banget...

Selasa, 06 April 2010

assalamualaikum teman-teman..

kali ini atu akan bercelita tentang kisah menalik yang paling atu uka.
Judulnya adalah .....

SEBUTIR KORMA PENJEGAL DO’A

Kamis, 29 Dzulhijjah 1422/ 14 Maret 2002

Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke mesjidil Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat mesjidil Haram.Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak didekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. 4 Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya. "Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT," kata malaikat yang satu. "Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram," jawab malaikat yang satu lagi.Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT garagara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. "Astaghfirullahal adzhim" ibrahim beristighfar. Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.

Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak
menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. "4 bulan yang lalu saya membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?" tanya ibrahim.
"Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang
kurma" jawab anak muda itu. "Innalillahi wa innailaihi roji'un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?". Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat. "Nah, begitulah" kata ibrahim setelah bercerita, "Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?". "Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya." "Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu."


Setelah menerima alamat, ibrahim bin adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh ibrahim. 4 bulan kemudian, Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. "Itulah ibrahim bin adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain." "O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas." "Oleh sebab itu berhati-hatilah dgn makanan yg masuk ke tubuh kita, sudah halal-kah? lebih baik tinggalkan bila ragu-ragu...

Rabu, 31 Maret 2010



Akulah Mahya Labibah Azkia

Senin, 29 Maret 2010

The Amazing Creature

Usianya baru 20 bulan. agak cerewet dan manja. mungkin karena bapaknya yang terlalu sayang padanya. ceria dan suka main.
"yah, aen..aen. aen ni" pintanya sambil menyodorkan replika bayi. tanpa menghiraukan rasa cape yang menderanya, ayahpun langsunmg mengiyakan.
" aen apa sayang?" tanya sang ayah sembari melepas senyuman.
" amba ican ' jawabnya.
"baik, ayah gambarin ya?" tanya sang ayah dengan pelannya.
"yah" mahya dengan cepat menjawab.
mahya dan sang ayahpun asik menikmati setiap goresan pena. tanpa terasa, adzan maghribpun berkumandang.
"ayah..ayah, adzan" kata mahya
'" oh iya, adzan. berarti ayah harus mandi dan kita sholat" timpal sang ayah dengan pnuh bangga.
"yah" mahyapun mengizinkan sang ayah.
mahya masih sibuk dengan penanya.